Google
 

Tuesday, June 12, 2007

MENGAPA TAKUT BERINVESTASI

Sebagian besar dari kita sangat menikmati posisi kita sebagai karyawan, ada rasa aman karena setiap akhir bulan menerima amplop gaji, atau mungkin sekarang menerima transfer dari perusahaan tempat kita bekerja.

Rasa aman inilah yang membuai kita untuk tetap bekerja sebagai karyawan dan setiap bulan terima gaji. Pada setiap awal tahun dengan hati berdebar debar kita menantikan kenaikan gaji kita.

Ketika kita merasakan gaji kita kurang karena kenaikan harga harga kebutuhan hidup atau ketika kita tidak mendapat kenaikan gaji, yang kita lakukan adalah menghadap atasan kita minta kenaikan gaji. Kalau tidak diberi, mungkin kita cukup mengumpat dibelakang saja. Mungkin kalau punya cukup keberanian, kita mencoba mencari perusahaan lain yang mau memberi gaji lebih dari yang kita terima sekarang.

Selalu mengharapkan kenaikan gaji atau mencari perusahaan yang berani membayar lebih adalah sebuah pola pikir seseorang yang punya mental karyawan. Mental yang selalu tergantung pada pada orang lain dalam hal keuangan.

Posisi keuangan seorang karyawan selalu tergantung pada “belas kasihan” pengusaha yang membayar karyawan tersebut. Kalau ada kebutuhan yang tidak dapat diatasi dengan gaji yang diterima, seorang karyawan akan cenderung menciptakan utang. Apakah itu melalui kartu kredit atau pun utang melalui bank.

Kalau masih ada kelebihan dana dari gaji yang diterima, umumnya ditabung atau didepositokan. Deposito atau tabungan adalah sesuatu pola menambah penghasilan yang paling aman. Walaupun tidak memberikan hasil yang baik, yang penting adalah a m a n.

Tidak terpikir untuk menginvestasikan kelebihan dananya sehingga menghasilkan pendapatan extra disamping gajinya. Tidak terbayang bahwa dengan berinvestasi suatu saat akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari gaji yang selama ini diterimanya.

Kecenderungan yang lain yang umum terjadi diantara kita adalah membelanjakan kelebihan dana yang kita miliki untuk hal hal yang konsumtif atau hal yang tidak mendatangkan penghasilan.

Walaupun sudah mempunyai rumah, kita cenderung selalu menginginkan mempunyai rumah yang lebih bagus, lebih besar dari yang kita miliki sekarang. Selain rumah, kita juga cenderung mengganti mobil kita dengan yang lebih baru, lebih mutahir modelnya.

Kalau dana kita terbatas, umumnya kita memaksakan diri untuk mewujudkan keinginan kita tersebut dengan meminjam uang dari Bank.

Akhirnya pinjaman itu menjadi beban bagi kita karena kita harus mengembalikan dengan bunganya. Utang tentunya hanya menambah beban financial dalam kehidupan kita, bukan meringankan dalam arti menambah penghasilan.

Kita perlu merubah pola pikir kita. Kalau saat ini kita sudah mempunyai rumah atau mobil, kita perlu menahan diri dulu. Kita tidak perlu mengganti rumah atau mobil kita. Kelebihan dana yang kita miliki perlu kita investasikan sehingga memberikan penghasilan tambahan.

Penghasilan tambahan ini pada suatu saat akan melebih penghasilan dari pekerjaan kita. Ketika ini terjadi, maka kita sudah terlepas dari ketergantungan kita pada “belas kasihan” perusahaan tempat kita bekerja.

Cukupkah ketika kita lepas dari ketergantungan kita pada “belas kasihan” perusahaan tempat kita bekerja?? Tidak..Kita harus terus mengembangkan investasi kita hingga pada tahap dimana kita tetap mendapat penghasilan tanpa kita mengerjakan apa apa. Sampai pada tahap kita mempunyai passive income.

Mempunyai passive income yang memadai dari dana yang kita investasikan berarti kita telah mencapai suatu tingkat kemandirian secara keuangan. Mandiri keuangan berarti penghasilan yang kita terima tidak tergantung pada “belas kasihan” orang lain lagi, tapi tergantung dari bagaimana kita mengelola dana yang kita investasikan.

Kalau sekarang kita sudah tahu bahwa kita perlu menginvestasikan kelebihan dana kita, agar kita bisa menjadi mandiri secara keuangan, mengapa tidak kita lakukan ?

Selalu ada saja hambatan hambatan yang kita hadapi untuk menjadi mandiri secara keuangan. Alasan utama mengapa orang yang secara teori paham mengenai kemadirian keuangan tidak bisa mengembangkan diri secara nyata kearah kemadirian keuangan yang sesungguhnya adalah “ketakutan” .

Takut akan kehilangan uang, ini adalah hambatan no. 1 seseorang menjadi mandiri secara keuangan.

Rasanya tidak ada orang yang benar benar senang kehilangan uang, bahkan orang kaya sekalipun. Ketakutan kehilangan uang adalah sangat manusiawi sekali.

Masalahnya adalah bagaimana anda mengatasi ketakutan itu. Bagaimana mengatasi kehilangan itu. Bagaimana anda menyikapi kegagalan itulah yang membuat perbedaan dalam hidup anda. Hal ini berlaku dalam segala hal, bukan saja dalam masalah keuangan.

Anda pernah lihat sirkus? Pasti pernah. Anda pasti pernah lihat seorang actor sirkus meniti diatas seutas tali atau kawat pada ketinggian tertentu. Apakah actor tersebut tidak tahu resikonya ?

Pasti dia tahu. Apakah dia hanya iseng saja ? Tentu tidak, karena actor tersebut hidup dari akrobatnya.

Ketika anda atau anak anda belajar naik sepeda, biasanya pernah jatuh berkali kali, tapi setiap kali jatuh, bangun dan mencoba lagi. Sampai akhirnya bisa naik sepeda.

Seorang pemain golf pasti pernah kehilang bola ketika dia mulai belajar. Dari kehilang bola itulah dia belajar memukul dengan baik. Belajar memukul bola sesuai dengan arah yang ditujunya.

Aktor sirkus itu tentu tidak serta merta bisa berjalan meniti diatas tali. Sebelum mulai belajar meniti diatas tali, dia tentu mempelajari dulu trik trik dan caranya berjalan meniti tali.

Setelah mempelajari triknya dia mulai latihan ditanah, kemudian pada ketinggian yang rendah, sampai akhirnya bisa berjalan meniti tali pada ketinggian yang cukup tinggi.

Walaupun jatuh berkali kali ketika belajar naik sepeda, anak anda tetap mencoba dan mencoba. Walaupun kehilang bola berkali kali seorang pegolf tetap terus berlatih sampai mahir. Kenapa ?? Karena ada dorongan kuat untuk bisa dan berhasil. Ada keinginan kuat!

Kalau masih ada rasa takut dalam diri anda untuk memulai investasi atau berbisnis, anda harus :

1. Menentukan keinginan anda. Apa cita cita anda. Kalau anda ingin kaya, bebas dan mandiri secara keuangan, anda harus terus menerus memperbesar keinginan tersebut.

Apakah anda ingin menyekolahkan anak anda keluar negeri? Berapa biaya yang dibutuhkan ? Cukupkah penghasilan anda saat ini? Apakah anda ingin pensiun muda?

Semua keinginan anda ini harus menjadi motivasi yang kuat untuk berhasil dan mengalahkan takut kehilangan uang.

2. Ubahlah takut kehilangan uang menjadi kekuatan. Kekuatan untuk berpikir lebih cerdas dan pandai dalam mengelola keuangan sehingga tidak terjadi kehilangan.

3. Buat rencana yang baik. Pelajari bisnis yang akan anda tekuni. Minta testimoni dari beberapa orang yang sudah pengalaman menjalankan bisnis yang akan anda tekuni.

Berapa modal dan biaya operasional yang dibutuhkan, ukur dengan kemampuan anda. Jangan memulai suatu bisnis atau investasi akan melampaui kemampuan anda saat ini.

Dan tentunya perlu latihan untuk mendapatkan pengalaman. Aktor sirkus tidak serta merta mahir meniti diatas seutas tali. Dia perlu mempelajari trik triknya, persiapan dan latihan yang akhirnya membuat dia mahir.

4. Pantang menyerah! Kegagalan atau kehilangan bukan akhir dari segalanya. Anda perlu mengubah cara pandang anda terhadap kegagalan.

Kegagalan harus dilihat sebagai proses belajar, untuk lebih mahir dan cerdas mengelola keuangan kita. Seorang pemain golf tidak akan pernah menjadi seorang pemain, kalau dia berhenti berlatih ketika dia kehilangan bola.

5. Pilih bisnis yang punya system. Sistem yang jelas dan masuk akal. Anda justru harus lebih hati hati kalau ada bisnis yang menawarkan pendapatan besar secara instant.

Investasi pada bisnis yang sudah mempunyai system atau yang memberikan training sangat menolong anda kalau anda belum berpengalaman.

PS. Kalau kita mau jadi orang “sukses”, hanya kita yang bisa mengubahnya. Mulailah melakukan sesuatu. Berdiam diri tidak akan mengubah hidup kita

Adi Tedja

No comments: