Google
 

Tuesday, June 12, 2007

FOLKSONOMIES

PELUANG BARU PARA MARKETER MODERN

Kalau Anda mendengar kata di atas atau folksonomies bisa jadi Anda menebak bahwa ini adalah singkatan dari folks economy yang memberi kesan itu adalah ekonomi rakyat, karena memang di era media online, hal ini sangat terasa.

Lihat saja banyak komponen pemasaran komunikasi di dunia maya seperti web, milis, blog, RSS news, ezine, dll, apa pun yang menjadi issue yang hangat, semua itu dipergunjingkan secara hot. Sehingga suara rakyat dapat mempengaruhi ekonomi lokal maupun regional dan global. Ingat tulisan saya di WE ini tentang pengaruh diary online di salah satu blog yang memperlihatkan kekejaman tentara Amerika Serikat di Irak maupun cacat mengerikan dari para tentara Amerika Serikat yang bertugas di sana? Blog tersebut menjadi penyulut utama maupun referensi awal dari banyak media cetak maupun online yang akhirnya mengguncang pemerintahan bush dan ekonomi Amerika Serikat.

Belum lagi termasuk keributan yang terjadi di dunia maya yang sedang ramai menuntut kekejaman Kentucky Fried Chicken di AS yang menyalahi aturan hukum dalam memotong Ayam seperti dapat dilihat di www.kfccruelty.com.

Ya memang dengan media online khususnya internet, ekonomi suatu negara dapat dipengaruhi oleh rakyat.

Folksonomies: Folks + Taxonomy

Namun tulisan kolom saya kali ini bukan mengupas pengertian folksonomies seperti di atas. Tetapi adalah salah satu tren media sosial yang sedang dan terus naik daun dan popular sejak tahun 2004 dan patut diperhatikan di tahun 2005 sehubungan dengan meningkatnya publik maya menggunakan tag atau disebut juga sebagai tagging. Apa itu?

Menurut Wikipedia (wikipedia.org), folksonomy adalah pengkategorian oleh publik maya atas suatu content web yang disepakati bersama secara rasional dengan menggunakan suatu label atau klasifikasi atau kategori dan sub kategori yang disebut juga sebagai tag atau tagging, dan ini dicetuskan oleh seorang arsitek informasi yaitu Thomas Vander Wal.

Dalam dunia fisik informasi, model pengkalisifikasian sudah lama diterapkan secara hirarki dan dalam struktur linier. Lihat saja milis atau diskusi online maupun ezine dan direktori web, mereka semua ditempatkan menurut suatu topik atau content berdasarkan kategori (tagging).

Tetapi akhirnya tagging seperti ini baru terlihat terasa fungsinya dalam trik pemasaran online setelah dipopulerkan oleh beberapa situs yang memanjakan publik lewat mekanisme tagging yang sangat mudah, misalnya Flickr (http://flickr.com), yaitu situs web yang memudahkan Anda saling berbagai foto berdasarkan tagging tertentu, atau situs web del.icio.us (http://del.icio.us/) yang mirip dengan situs web Furl (http://furl.net) yang nanti akan saya ulas atau pernah saya tulis di Majalah Warta Ekonomi beberapa edisi sebelumnya.

Tetapi terus terang pada prinsipnya, tidak cukup sampai di situ saja, Dalam kesempatan lain di kolom saya ini, saya akan coba mengupas tren tagging ini dalam penggunaannya sebagai media advertising.

Oke sekarang saya balik lagi ke folksonomy yang akan menjadi peluang menarik bagi para emarketer karena kemudahaan prakteknya dalam membuat kategori bersama publik dengan menggunakan kata kunci (keywords) yang Anda dengan bebas memilihnya.

Pada prakteknya folksonomy mengacu kepada suatu kelompok orang yang sedang bersama-sama dan secara spontan mengatur suatu content online informasi berdasarkan suatu kategori, tetapi patut diingat ini berbeda sekali dengan metode pengklasifikasian dalam dunia fisik yang menggunakan metode faceted classification.

Karena fenomena folksonomy ini khususnya dapat diterapkan untuk komunitas content maya yang tidak menganut struktur hirarki linier dalam pengklasifikasian.

Dan umumnya mereka yang menggunakan pengkategorian ini (tagging) adalah pengguna utamanya, sehingga ini akan membentuk suatu model informasi konseptual yang lebih presisi, akurat dan relevan. Lihat saja kalau Anda menggunakan Furl.net dan menempatkannya dalam arsip online Anda, dan orang lain pun bisa memanfaatkannya untuk riset pula, bukankah pengkategorian ini lebih akurat dan relevan mengingat Anda bukan hanya pembuatnya melainkan orang lain juga yang sering menggunakan arsip online informasi tersebut dapat merasakan faedahnya?

Nah tren ini akan semakin Anda jumpai di dunia maya, mengingat banyak situs web akan semakin mengadopsi penggunaan tags untuk menciptakan suatu struktur yang lebih berpusat pada content yang dikerjakan bersama-sama dengan publik seperti yang diingatkan oleh web Technorati pada peluncuran 1a tagging mechanism perdananya yang bisa dijenguk di (http://www.technorati.com/tag/) namun dalam konteksnya untuk dunia blogs.

Dan situs web lain yang bukan blog seperti portal news seputar open source seperti OhMyNews (http://www.ohmynews.com/), juga sudah memasukkan struktur dalam bentuk tag, termasuk juga MetaFilter.com dan indeks dari blogs (http://www.technorati.com/)


Peluang Baru Sekaligus Ancaman Bagi Marketer

Pernah Anda mencari image di situs pencari gambar dan menampilkan image yang tidak relevan? Itulah yang saya alami pula mengingat database image yang ditampilkan dari hasil pencarian tidak disusun berdasarkan tagging tetapi secara random.

Itulah sebabnya saya kalau ingin mencari gambar-gambar yang sudah relevan lebih suka menggunakan Flickr dibandingkan Yahoo Image maupun Google Image. Karena Google dan Yahoo Image kadang menampilkan gambar yang tidak relevan, tetapi dengan mengunakan Flickr saya bisa mendapatkan gambar yang lebih relevan dengan kategori yang sesuai.

Misalnya saya ingin mencari foto-foto seputar perkawinan, ketik saja di Flickr kata "wedding," maka akan muncul sebanyak 71,688 foto tentang perkawinan (tentunya saat saya menulis kolom ini). Hasilnya pasti lebih relevan dibandingkan Anda mencari foto perkawinan di Google Image. Gak percaya? Coba saja cari gambar yang Anda sukai di Flickr!

Kalau Anda pun merasa hal ini sebagai bentuk kelemahan di pihak Google dan Yahoo Image, maka kita akan melihat bagaimana pada akhirnya raja-raja mesin pencari ini akan kelak menggunakan fungsi tagging dalam proses pencarian informasi atau image yang lebih spesifik secara konteks di halaman hasil pencarian. Karena sekarang ini hasil pencarian situs pencari berbeda dalam hal relevansi yang paling relevan dibandingkan dengan hasil pencarian dari tagging karena ini didasarkan atas kolaborasi bersama untuk kepentingan atau paling tidak untuk konteks yang mirip.

Anda tidak perlu heran kalau tags bisa digunakan untuk hal yang positif atau negatif, di dunia ini banyak utilisasi apa pun dapat digunakan untuk dua maksud yang berbeda.

Terus terang folksonomies tetap memiliki peluang maupun ancaman bagi para pelaku pemasaran. Mengapa? Tags memang membuat segalanya mudah dalam pembuatan kategori (tagging) baik bagi pengguna maupun pesaing Anda berkenaan suatu topik atau produk maupun brand tertentu yang mereka sedang riset atau pantau. Tetapi sebaliknya, kemungkinan pesaing Anda mencuri informasi hasil riset maupun melakukan bias pada produk atau bisnis Anda juga sesuatu yang tidak bisa dipungkiri atau dilupakan.

Tetapi setidaknya dengan tags di Flickr, Anda bisa memantau tags produk atau perusahaan atau branding Anda, apakah ada yang berbicara positif atau biased, seperti misalnya sebelum Anda melakukan product launching, apakah sudah ada kabar-kabar (buzz) di dunia maya yang sudah hangat mengeksposnya sebelum akhirnya resmi diungkapkan saat grand launching, seperti halnya terjadi pada Kijang Innova di Indonesia bahkan sebelum launching. Kalau buzz-nya bagus tidak apa tetapi kalau jelek, hayo?

Folksonomy – Mengapa tidak?

Menariknya dengan folksnomony ini dapat mengungkapkan kepada publik maupun Anda mana kastemer yang loyal.

Juga metode folksonomy adalah model pengorganisasian informasi dan aplikasi khususnya untuk situs-situs web yang memiliki content yang besar dan visitors tidak perlu ragu-ragu apakah informasi yang dicari relevan atau tidak, mengingat informasi yang dicari tersebut pun ditampilkan dari informasi yang telah dikumpulkan oleh periset sebelumnya. Sehingga hal ini membentuk suatu network informasi yang sangat sangat relevan.

Mari kita lihat betapa indahnya kalau semakin banyak orang juga di Indonesia memahami apa itu tags, dan cara kerjanya dan mengapa itu sangat penting, maka referensi pun dapat diperoleh dari dunia folksonomy, seperti misalnya Anda seorang reporter atau wartawan berita dan Anda menggunakan Technorati untuk mencari berita-berita terkini dengan topik “current affairs”, maka Anda akan disuguhkan dengan posting blogs, foto dan info terkini yang di-tagging oleh technorati berdasarkan tag tersebut.

Atau contoh lain misalnya Anda masuk ke situs web Moco Loco (MocoLoco.com) yang merupakan situs web majalah desain kontemporer, sudah ada 171 orang (saat saya mengecek) yang mengerjakan informasi seputar kata “design”, artinya kalau Anda seorang desainer, bukanlah lebih mudah untuk mencari informasi yang sudah diriset oleh mereka seputar konteks desain?

Jadi intinya folksonomies adalah peluang bagus bagi para marketer, periset, reporter, dan kaum PR. Pantas dimanfaatkan segera. Belum pernah Anda menggunakan? Cobalah bereksperimen ! Anda tidak perlu menjadi follower menunggu sampai portal web atau para pemain web di Indonesia sudah menerapkan model folksonomy seperti ini.


Bob Julius Onggo

No comments: